- Pendahuluan
Seperti yang kita semua telah ketahui, bahwa manusia dan
kehidupan manusia tidak bisa lepas dari apa yang disebut dengan cinta
kasih (love). Banyak penyair, pencipta lagu, ahli-ahli filsafat,
dan ahli-ahli agama yang mencoba mendefinisikan apa arti sebenarnya
dari cinta kasih itu. Apa arti cinta sebenarnya, cinta kasih sesama
manusia dari sudut pandang Islam. Terutama dalam kaitannya pada
cinta kasih antara laki-laki dan perempuan.
Banyak orang berkata: I love you (Aku cinta padamu), akan tetapi,
sebenarnya mereka hanya berkata bahwa aku cinta wajahmu yang cantik
jelita, aku cinta uangmu, fasilitasmu, dan yang sejenisnya. Apakah
ini cinta?
Kita sering mendengar atau menyaksikan dalam kehidupan nyata, di
televisi a,tau di film-film, bahwa seseorang jatuh cinta setelah
melihat kecantikan atau ketampanan orang lain. Apakah benar ada
hubungan antara cinta dan keindahan?
Banyak orang mengatakan, bahwa cerita percintaan antara Romeo dan
Juliet adalah salah satu contoh dari cinta sejati (true love),
benarkah demikian?
Kita melihat atau mendengar, banyak perempuan yang hamil di luar
nikah dan bahkan pada usia yang masih bisa dibilang sangat muda.
Mereka telah melakukan hubungan suami istri di luar nikah, dan mereka
bilang bahwa mereka melakukannya demi cinta. Apakah benar yang
mereka katakan itu adalah cinta?
Bagaimanakah pandangan Islam terhadap cinta? Benarkah dalam ajaran
agama Islam, bahwa semua jenis cinta merupakan sebuah ungkapan cinta
terhadap Sang Pencipta? Benarkah hubungan muda-mudi masa kini telah
jauh menyimpang dari ajaran Islam?
- Cinta (love) dalam ajaran Islam
Cinta (love) secara bahasa adalah suka sekali dan senang sekali.
Cinta secara istilah ialah rasa kasih sayang yang muncul dari lubuk
hati yang terdalam untuk rela berkorban, tanpa mengharap imbalan
apapun, dan dari siapapun kecuali imbalan yang datang dan diridhoi
Allah.
Dalam Islam, kasih sayang adalah identitas dan asas iman. Hal itu
merupakan bukti pengaruh agama terhadap hati nurani, seperti halnya
ia juga merupakan kesaksian jiwa manusia yang menurut term (istilah)
Islam belum akan diakui beragama bila ia tidak memiliki perasaan
kasih sayang.
Allah berfirman: Katakanlah: “Jika bapa-bapa (para pembesar dan nenek
moyang), anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu
khawatirkan kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, lebih
kamu cintai daripada mencintai Allah dan Rasulnya, maka tunggulah
sampai Allah mendatangkan keputusan (azab/siksaan)-Nya, dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.( Al-Qur’an
Surat At-Taubat, 9: 24)
2.1 Cinta Terhadap Sang Pencipta (hablun min Allah)
Sebagai manifestasi dari kesadaran sebagai makhluk Allah, manusia
berusaha untuk selalu mengadakan hubungan baik dengan Allah, berupa
hubungan ritual (ibadah) dengan-Nya. Dalam sistim ritus ini,
seseorang pemeluk agama merasa yakin bahwa dengan selalu mengadakan
hubungan baik dengan Tuhan, maka hidupnya akan baik. Dengan kata
lain, bahagia tidaknya hidup seseorang adalah tergantung kepada
hubungan baik tidaknya terhadap Allah.
Cinta kepada Allah adalah cinta makhluk atau hamba kepada Khalik
(Penciptanya), dengan jalan mengakui tanpa ragu akan kebesaran-Nya,
dan mematuhi secara konsekwen segala titah-Nya. Apa yang
diperintahkan-Nya dilaksanakan, dan apa-apa yang dilarang-Nya
dihindari. Cinta terhadap Allah ini tidak bisa terlepas dari yang
disebut sebagai akhlak, keimanan, dan tauhid.
2.2 Cinta Terhadap Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup, yang berupa alam sekitar, baik berupa udara, air,
tumbuh-tumbuhan, hewan, dan lain-lain merupakan prasarana kehidupan
yang harus tetap terpelihara keserasiannya. Maka segala yang dapat
merusak lingkungan harus dicegah, karena dapat berakibat kehidupan
yang tidak bersih, tidak tertib, dan tidak aman. Itulah sebabnya
Islam melarang, bahkan mengutuk orang-orang yang melakukan kegiatan
yang dapat merusak lingkungan.
Islam mengajarkan ummatnya agar mengasihi semua binatang dan melarang
ummatnya untuk menyiksa binatang. Karena binatang adalah juga
makhluk ciptaan Allah. Tidak membunuh mereka untuk kesenangan, dan
tentu saja tidak boleh melukai dan menyiksa mereka. Bahkan sebagai
salah satu sumber makanan, kita juga harus menghormati mereka dengan
berdo’a, dengan tidak membunuh mereka lebih dari yang kita makan.
Islam dalam ajarannya mengatakan, bahwa manusia merupakan bagian yang
tak terpisahkan dari alam semesta yang saling dukung-mendukung
dengan seluruh bagian alam itu, dan karena individu-individu manusia
merupakan bagian yang tak terpisahkan dan secara laras bekerja sama
dengan seluruh alam semesta ini, maka tidak boleh ada
ketidakserasian antara mereka satu sama lain.
2.3 Cinta Terhadap Sesama Manusia (hablun min annas)
Dalam ajaran Islam, cinta terhadap sesama manusia tidak bisa lepas
dari rasa cintanya terhadap penciptanya. Karena dalam ajaran Islam,
cinta terhadap Tuhan yaitu terhadap Allah SWT, juga berarti cinta
terhadap sesama manusia sebagai ciptaan-Nya. Karena hal ini berkaitan
dengan yang namanya akhlak.
Rasa cinta terhadap sesama manusia tidak bisa lepas dari kemanusiaan.
Pandangan Islam menyatakan, bahwa kemanusiaan itu merupakan satu
kesatuan, berbeda-beda bagiannya untuk membentuk satu masyarakat,
berjenis-jenis dalam keserasian, dan berlainan pendapat untuk saling
melengkapi satu sama lain dalam mencapai tujuan, supaya dengan
begitu ia cocok pula untuk saling melengkapi dengan alam, untuk
membentuk wujud yang satu pula. Sebagaimana Allah berfirman, yang
artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu sekalian
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu
sekalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu sekalian
saling mengenal. Sesungguhnya orang-orang yang paling mulia di
antara kamu sekalian di sisi Allah ialah orang-orang yang paling
takwa di antara kamu sekalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal. ( Q.S. Al-Hujurat: 13).
Pada prinsipnya, cinta terhadap sesama manusia adalah dengan
tolong-menolong, kenal mengenal (saling mengenal) dan keserasian.
Menurut pandangan Islam, rasa cinta terhadap sesama manusia bisa
diwujudkan, salah satunya dengan keadilan dan persamaan derajat di
antara manusia.
- Cinta Antara Laki-Laki dan Perempuan Dalam Sudut Pandang Islam
Cinta antara muda-mudi di dalam Islam adalah cinta yang
dilandasi rasa ketaqwaan terhadap Allah SWT, dengan mentaati
perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya, dan disertai
akhlak yang baik. Cinta harus disertai akhlak yang baik, dikarenakan
hubungan cinta muda-mudi sangat dekat dengan perbuatan zina. Tanpa
akhlak yang baik akan sulit menghindari zina. Dalam Islam,
perzinahan adalah salah satu dosa yang sangat besar karena bukan
hanya merusak akhlak orang yang melakukannya saja tetapi juga orang
lain. Allah brfirman dalam Al-Qur’an: “Dan janganlah kamu sekalian
mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang
keji dan suatu jalan yang buruk.”(Q.S. Al-Isra, 17: 32).
Cinta (love) yang tidak dilandasi rasa ketaqwaan kepada Allah, akan
memunculkan cinta buta. Sebagaimana yang sering dikatakan orang “
Love is blind (cinta adalah buta)”. Adapun yang membuat cinta itu
buta adalah jika kita mencintai seseorang karena hal-hal yang
duniawi, karena harta, tahta/kedudukan/jabatan, ketampanan/kecantikan
dan yang sejenisnya. Cinta macam ini hanya bisa bertahan jika
penyebabnya masih ada. Jika seseorang mencintai dikarenakan
ketampanan/kecantikannya, maka, bagaimanakah jika orang tersebut
tidak lagi tampan/cantik?
Sebaliknya, cinta itu tidak buta, alias melek (melihat), jika
dilandasi iman dan rasa taqwa kepada Allah SWT. Oleh karena itu, jika
kita ingin memiliki cinta yang murni, tulus, dan abadi dari
seseorang, tentu kita memerlukan penyebab yang membuatnya demikian.
Dalam suatu hadits dikatakan, bahwa seseorang laki-laki menikahi
seorang perempuan itu karena empat hal, yaitu: (1) karena
kecantikannya, (2) karena kekayaannya, (3) karena keturunannya, dan
(4) karena ketaqwaannya. Maka ambillah yang keempat, yaitu karena
ketaqwaannya, karena, itu akan menjamin hidupnya.
Jika hadits di atas dikaitkan dengan cinta, maka, jika kamu ingin
mencari cinta yang abadi, cintailah seseorang dikarenakan
keimanannya.
Ada sebuah pepatah lama dalam bahasa Inggris yang berkaitan dengan
cinta, yaitu: “You can buy sex but you cannot buy love”, “you can buy
food but you cannot buy appetite”, “you can buy a house but you can
by a home”. Yang artinya: “Anda dapat membeli sex tetapi anda tidak
dapat membeli cinta, anda dapat membeli makanan tetapi anda tidak
dapat membeli selera, anda dapat membeli sebuah rumah tetapi anda
tidak dapat membeli ketentraman dalam keluarga”. Ini dapat diartikan
bahwa cinta tidak dapat dibeli karena cinta sebenarnya datang dari
Tuhan.
Bahkan jika kamu adalah orang terkaya di dunia, kamu tidak bisa
membeli cinta. Sebagai contoh, jika kamu memberikan seseorang banyak
hadiah-hadiah yang mahal, maka, apakah orang tersebut akan mencintai
kamu? Tidak. Orang tersebut hanya mencintai hadiahmu dan kekayaanmu
saja. Kamu dapat membeli makanan apa saja yang bisa kamu beli, akan
tetapi makanan yang paling enak sekalipun akan terasa tidak enak
jika kamu tidak punya selera makan.
“Rumah” adalah tempat di mana hatimu berada. Tempat membesarkan
keluargamu, tempat di mana orang-orang yang kamu cintai berada,
tempat di mana kamu bisa benar-benar beristirahat, untuk
mengistirahatkan badan dan jiwamu, tempat di mana kamu untuk sementara
lepas dari dunia yang kejam. Rumah tidak bisa disebut “rumah” jika
kamu tidak bisa menemukan ketenangan, kedamaian, dan keamanan di
dalamnya.
Banyak orang yang mengatakan bahwa cerita percintaan Romeo dan Juliet
adalah salah satu contoh cinta sejati. Akan tetapi, kalau kita
meneliti dan menganalisa lebih jauh ke dalam cerita ini, maka kita
akan melihat bahwa cerita ini bukanlah cerita tentang cinta sejati.
Pada klimaks cerita tersebut diceritakan bahwa ketika Romeo mendengar
Juliet telah “meninggal dunia”, maka Romeo pun berniat untuk
melakukan bunuh diri karena dia tidak mau ditinggalkan oleh Juliet.
Perbuatan bunuh diri adalah perbuatan yang sangat terkutuk dalam
Islam, dan merupakan dosa yang sangat besar. Pada saat seseorang
bunuh diri maka telah dicabut imannya oleh Tuhan, dan mati dalam
keadaan tidak ada iman, alias mati kafir. Ketika setelah Romeo
melakukan bunuh diri di hadapan “mayat” Juliet, barulah dia menyadari
bahwa Juliet hanya berpura-pura mati, tetapi itu sudah terlambat,
racun sudah mulai membunuhnya. Julietpun melakukan bunuh diri karena
dia tidak mau ditinggalkan oleh Romeo.
Romeo dan Juliet sama-sama melakukan bunuh diri karena tidak mau
ditinggalkan oleh pasangannya. Ini berarti bahwa mereka hanya mencintai
tubuh pasangannya saja, mereka tidak mencintai jiwa pasangannya.
Mereka tidak sadar bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara saja.
Tubuh mereka akan rusak dimakan usia, dan akhirnya mati. Jika
dipandang dari sudut Islam, maka mereka telah melakukan suatu dosa
besar yaitu melakukan bunuh diri. Jika percintaan mereka adalah
cinta sejati, maka seharusnya mereka berjanji atau bersumpah di
hadapan mayat pasangannya untuk berusaha mendamaikan pertengkaran
keluarga mereka, penyebab terhalangnya cinta kasih mereka.
Banyak orang yang terjebak antara arti cinta dan nafsu. Mereka
terutama muda-mudi banyak yang tidak bisa membedakan antara cinta dan
nafsu. Mereka menganggap bahwa dengan melakukan hubungan seksual
berarti mereka telah mencintai seseorang. Nafsu, dalam hal ini nafsu
syahwat, adalah suatu kebutuhan biologis yang dipunyai oleh setiap
manusia. Semua jenis nafsu adalah sesuatu hal yang bersifat duniawi,
sedangkan cinta adalah sesuatu yang datang dari hati nurani yang
paling dalam.
- Kesimpulan
Cinta sejati adalah rasa kasih sayang yang muncul dari lubuk hati
yang terdalam untuk rela berkorban, tanpa mengharapkan imbalan
apapun, dan dari siapapun kecuali imbalan yang datang dan diridhoi
oleh Allah. Cinta juga merupakan suatu identitas dan asas iman,
karena kita mencintai sesuatu atau seseorang karena Allah
mencintainya.
Cinta sejati bukanlah mengenai hal-hal yang bersifat duniawi semata.
Cinta sejati berasal dari hati nurani, dan cinta sejati haruslah
tulus dan ikhlas. Cinta yang berasal dari hati nurani akan selalu ada
walaupun salah satu pihak tidak cantik lagi, tidak tampan lagi,
tidak seksi lagi dan tidak kaya lagi.
Dalam hubungan seks bebas atau pergaulan bebas, para pelakunya sama
sekali tidak menghargai cinta. Mereka secara sadar atau tidak sadar
menganggap, bahwa cinta adalah suatu hal yang sia-sia, karena yang
mereka cari hanyalah kepuasan sesaat saja dan mereka tidak peduli
dengan akibat-akibat dan dosa-dosa yang akan timbul karena perbuatan
mereka itu. Mereka tidak peduli akan azab-azab dan cobaan-cobaan
yang akan ditimpakan oleh Allah akibat dari perbuatan dosa-dosa yg
dia lakukan dalam kehidupannya, baik di dunianya maupun di
akhiratynya. Hubungan seks hanya boleh dilakukan oleh pasangan yang
telah terikat tali pernikahan. Karena salah satu tujuan dari
pernikahan adalah sebagai penyaluran nafsu syahwat dengan cara yang
diridhoi Allah. Penyaluran nafsu syahwat yang tidak sesuai dengan
sunnah Rosulullah, yakni penyaluran nafsu yang menyimpang dari
ajaran Allah (aturan-aturan Allah), maka akan mendatangkan azab dan
cobaa-cobaan yang bertubi-tubi dari Allah.
Dari semua ini bisa disimpulkan, bahwa cinta antara laki-laki dan
perempuan dalam Islam adalah suatu hubungan yang didasarkan oleh rasa
kasih sayang yang timbul dari hati nurani yang tulus dan ikhlas, dan
bukan berdasarkan pada hal-hal yang bersifat duniawi. Yang
terpenting dalam membina hubungan ini adalah dengan menggunakan
akhlak yang baik, ketaqwaan, dan rasa keimanan terhadap Allah SWT.